dikaki jalan sebuah perempatan
menerawang jauh ke langit
dengan badan yang agak dibungkukkan
tersengat oleh panasnya terik matahari siang bolong
terhirup udara kotor sang kota
terus memaksa bahwa ini adalah realita
tak bisa dicampak begitu saja
semakin hari selalu membawa duka
tak ada asa seperti sekarang ini
tak mungkin dapat dimuntahkan kembali
terpaksa meskipun pahit
ditelan bersama perihnya debu jalanan
dengan sekejap mata
tak mampu diri ini berkata
terpendam dalam sebuah ruang maya
tak akan dibuka hingga waktunya tiba
sekarangpun begini
tiada beda...
padahal dalam hati terus berkaca
airmata, darah dan keringat yang senantiasa membaca
setiap jengkalmu adalah kehidupan
setiap jengkalmu adalah usaha
doakan dirimu teguh
agar hari sok tak seperti kebanyakan cerita orang berlalu...
(rahman)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment